Kamis, 08 Juni 2017

profesi guru di sumedang (sosilogi antropologi)

Pendahuluan
Pendidikan keterampilan praktis dirancang untuk memberikan keterampilan dan kemampuan teknis tertentu yang di pandang penting dalam melakukan kegiatan pekerjaan lain. Pendidikan di landaskan dalam bentuk pengajaran guru, pada hakikatnya pendidikan merupakan satu satunya sistem pendidikan pada masyarakat yang tertingal. Sekalipun masyarakat yang tingal di perdesaan, masyarakat indrusi moderen. Pada umumnya pendidikan di rancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis, melainkan untuk mengetahui dan mendiskusikan badan pengetahuan kelompok.  Pendidikan ini secara luas telah di jumpai dalam masyarakat tertingal dan masyarakat indrustri, Pendidikan kelompok statusnya bersifat terlepas dari kegiatan kegiatan yang peraktis. Ritualnya jarang mempunyai peringatan peringatan yang dramatis di dalam suatu kelopok. (mahmud,2011:5-6)
Sementara itu pendidikan birokrasi bersifat umum di bebagai peradaban besar khusu nya pada peradaban yang memiliki suatu kelompok yang memiliki wewenang. Inti sitem pendidikan ini adalah sistem pengujian, semakin tinggi suatu posisi semakin rumit. Rangkaian ujian yang harus di tempuh oleh suatu kelopok tersebut. Biasa nya hanya sebagian kecil saja suatu kelopok tersebut yang lulus dari suatu ujian yang di hadapi tersebut. Untuk itu peran guru dan para calon guru harus paham dan di bekali dengan sosilogi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan nya dalam kegiatan kependidikan. Jika penanganan masalah pendidikan hanya berlandas pada teori yaitu pemberian penghargaan bagi yang patuh dan berhasil agar cenderung di ulang ulang, dan memberi ganjaran bagi yang tidak patuh seperti hukuman hukuman. Tanpa memperhatikan sosilogisnya, pendidikan kita akan cenderung kurang sukses. (gunawan,2010:1)



Guru: Digugu Jeung Ditiru
Di kalangan masayarakat sumedang berkembang kepercayaan ajaran tentang guru yaitu kata guru memiliki kepanjangan digugu jeung ditiru artinya yaitu guru ditaati dan diikuti. Salah satu masyarakat sumedang mengatakan bahwa digugu jeung ditiru ini memiliki makna bahwa perkataan seorang guru di perhatikan dan perbuatanya selalu menjadi teladan. sesorang yang menyadang profesi sebagai guru berati harus menjaga citra, wibawa, keteladan, jujur, dan memiliki karakter yang kuata. Ia tidak hanya mengajar saja tapi ia juga mendidik, membimbing, menuntun, dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa siswinya ataupun masyarakat itu sendiri. Makna guru digugu jeung ditiru akan lebih kuat lagi bagi guru guru yang selama ini mengajarkan ilmu ilmu agama. Guru agama di kalangan masyarakat, memiliki ruang gerak yang sangat terbatas, mereka tidak memliliki ruang untuk keliru dan salah seolah olah mereka adalah bangunan moral yang tidak boleh patah sdikitpun apalagi runtuh. Guru agama di sumedang tidak bisa di toleransi oleh masyarakat, apabila ada seorang guru agama di sumedang melakukan perbuatan asusilla maka akan dihukum secara sosial oleh hampir semua masyarakat di sumedang(Suntana, 2011.:231).
Menurut masyarakat sumedang hukuman yang tidak di kompromi dari masyarakat terhadap keliruan moral seorang guru agama sebanding dengan penghargaan sosial yang merka dapatkandari masyarakat sumedang. Guru agama di sumedang mendapat penghargaan sosial yang luar bias, jadi seloga “digugu jeung dituru” merupakan presentasi yan baik dari komunikasi perlilaku guru dengan muridnya dan masyarakat setiap harinya. Dalam peroses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi sebagai pemindah pengetahuan dari guru ke murid tetapi juga berfungsi sebagai orang yangn menamkan nilai. Membangun karakter, serta mengembangkan poteensi beesar yang dimiliki siapapun yang bersentuhan dengan seorang guru dengannya secara berkelanjutan. Guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi pendidikan di lapangan serta merupakan faktor yang sangat penting dalam mewujudkan sistem moral yang baik dan bermutu, nasib moral masyarakat, rendah dan tingginya bergantung di tanggan guru. Adanya perubahan masyarakat sekarang yang sangat maju sering tidak bisa diimbangin oleh guru shingga guru seolah olah ikut dalam perubahan tersebut. Guru bukan lagi tempat pengubah masyarakat yang berdiri di barisan depan dalam nama perubahan masyarakatseperti dulu, melaikan sebagai pengikut perubahan masyarakat yang bergerak jauh ke depan(Suntana,2011:221)
Masalah ini lah yang sering menyulitkan untuk menegakkan profesi guru. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah terdahulu dan masyarakat sering lalai terhadap kepentingan pendidikan terutama terhadap guru. Sosok guru di tengah perubahn sosial harus mampu mengalami perubahan diri menjadi guru sejati. Dalam menimbangkan sosok manusia guru yang sejati di perubahan masyarakat perlu di perhatikan beberapa hal. a, guru harus meninggalkan kepentingan kepentingan pribadi, kelopok dan orgaisasi untuk mengabdi dalm kanca memperjuangkan kepentingsn sebuah negara, kebangsaaan dan kemanusiaan secara luas. Mereka harus membuat batasan batasan ikatan kelompok membuat mereka tidak dapat lagi diklaim sepenuhnya sebagai bagian atau milik dari organisasi tertentu, mereka adalah milik bersama atau milik semua manusia. b, meskipun ada kalangan  sangat sulit untuk didirijj meskipun ada kalangan  sangat sulit untuk  dihindarkan, perjuangan guru harus dilandasi oleh semangat anti-kekerasan karena mereka amat mencintai perdamaian. c, guru secara kaonsisten melandaskan sikap hidup dan perbuatannya pada keyakinan nurani bukan hanya pada pengetahuan maupun kerja kerja keras.(Mahmud,2011.:232)
Oleh karena itu  mereka demonstrasikan moral secara amat meyakinkan, meskipun tak selalu sempurna dan rela mengorbankan dirinya untuk mepertahankan hal tersebut. d, karena sikap hidup dan perbuatan mereka selalu diarahkan dari  dalam tiga hal dasar yang selalu menjadi fokus perhatikan. Guru adalah kebeneran, keadilan, dan rasa cinta dalam arti luas kepada sesama terutama anak didiknya. e, pusat perhatian guru tidak hanya menciptakan suatu negara kebangsaan, tetapi lebih dari itu menciptakan komunitas masyarakat manusia yang memperlakukan dan diperlakukan secara manusiawi. f, dalam setiap perjuangan, guru sejati tidak menggap kedudukan, harta,kekuasaan sebagai tujuan akhir, tetapi lebih menganggap semua itu sebagi saran untuk maksud yang lebih mulia dan luhur. g, perjuangan guru secara langsung ataupun tidak langsung, selalu melahirkan dan menumbuhkan pengharapan masyarakat tentang kemungkinan terciptanya masyarakat manusia yang lebih manisiawi pada masa depan. (Mahmud,2011.:233)
Takzim Kepada Guru
Takzim kepada guru atau memulikan guru adalah istilah yang diambil dari sistem pendidikan islam, untuk menyebut sebuah penghormatan dari murid kepada guru. Arti sebenernya takzim  adalah mengagungkan tanpa batas yang pada pengertian awal istilah ini digunakan untuk mengangungkan tuhan. Sebagian masyarakat yang menganut dan mendapatkan ajaran islam. Pemahaman masyarakat sumedang tentang guru didasarkan pula ajaran agama islam orang yang mempunyai pengetahuan dalam islam mendapatkan tempat yang mulia sehingga harus dimuliakan. Ini dapat ditemukan dalam al-quran surat al-mujadilah ayat11 dimana allah sangat meninggalkan orang yang beriman dan pengetahuan. Natan menbuat analisis implikasi kependidikan yang terkandung dalam surat al-mujadilah ayat 11.(Kamiludin,t.th:26)
a, tujuan akhir pendidikan adalah menjadi seorang muslim yang terbina seluruh potesi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai kalifah dalam rangka beribadah kepada allah. b,dalam kegiatan pengajaran, guru mau tidak mau harus berbagi informasi, teor, rumus, konsep konsep yang diperlukan mewujudkan tujuan pendidikan. c, melalui pendidikan dihrapkan pula lahir manusia yang kreatif, sanggup berfikir sendiri, sanggup mengadakan penelitian dan penemuan. e, pelaksaan pendidikan harus mempertimbangkan prinsip pengembangan pengetahuan sesuai dengan ajaran al-quran, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur, sekuler dan ateistik. f, pendidikan harus mampu mendorong anak didik agar mencintai pengetahuan, yang terlihat dari terciptanya semangat dan etos keilmuan yang tinggi, memelihara, menambah, dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Tafsir lebih jauh menjelaskan umat islam amat menghargai pendidk, disebabkan oleh pandangan bahwa pengetahuan itu semuanya bersumber pada tuhan. Ilmu datang dari uhan, guru pertama adalah tuhan. Pandangan yang menembus langit melahirkan sikap kepada orang islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari tuhan, ilmu tidak terpisah dari guru kedudukan guru amat tinggi dalam islam.(Kamiludin,t.th:29)
Isa menggabarkan pendidik adalah sebagai pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijak sana pencetak para tokoh dan pemimpin umat. Karena itu menurut isa, mendidik merupakan manusia pilihan, yang siao memikul amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidik peserta didiknya. Al-Hasyim mengibaratkan bahwa pendidik merupakan faktor yang asasi dalam hidup manusia dan ia menempati posisi yang kuat dengan pengaruhnya dalam membentuk pribadi individu. Pengaruh itu berkelanjutan sepanjang hidupnya. Keberandaan pendidik sebagai yang asasi dalam hidup manusia karena ia dapat membatu peserta didik atas perkembangan dari makhuluk hidup. Yang berjisim menuju manusia yang memiliki kepribadian yang akan membantu pertumbuhan yang sempurna sebagaimana manusia. Melihat begitu tinggi nya yang menempatkan islam.(Mahmud,2011.:234)
Setiap elemen yang mempergunakan jasa pendidik juga ikut memuliakan sehingga pendidik dengan senang dan menyenangkan dapat meleksanakan proses pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan dikembangkan dalam bentuk pembelajaran yang aktif, inovatif,  kreatif, efektif, dan menyenangkan. Menyenangkannya dilihat dalam hal pembelajaran dan hubungan dengan sisiwa serta dengan rekan kerja dalam wadah majelis guru. Salah satu sumber ajaran tenteng penghormatan masyarakat sumedang kepada. Guru adalah sebuah buku berbahasa arab yang di terjemahkan ke dalam bahasa sunda, dalam buku tersebut terdapat ajaran ajaran ytentang pendidik. Dan berkembang lah di masyarakat sumedang tentang istilah kawalat ti guru. Istilah ini merupakan keyakinan masyarakat sumedang bahwa do’a dan ri’do guru berpengaruh terhadap kemulusan perjalanan hidup sesorang.(Mahmud,2011.:235)
Keberadaan Guru di Masyarakat Sumedang
Bila ditimbang dari sisi profesinalisme, secara fatual peran guru di sumedang memiliki perbedaan yang sangat jauh dari makna profesinal, Peran mereka sering melewati batasannya peran yang seharunya. Guru yang seharunya berperan lebih banyak dan menojol dalam akademisnya malah justru lebih banyak berperna dalam bentuk kegiatan yang tidak ada kaiannya dengan profesinya sebagai guru atau tenanga pendidik. Salah seolah guru SD di kecamatan Pamulihan, mengaku bahwa dirinya sering diminta oleh masyarakat uutuk menyerahkan dan menerima pengantin, bertugas menjadi guru lamaran bagi masyarakat yang akan melakasanakan tunangan. Yugas lain yang termaksud rutin adalah mendamaikan masyarakat yang bentengkar, padahal tugas tersebut harusnya ditangani oleh kepala desa atau perangakat desa setempat. Berdasarkan pengakunnya peran-peran non-akademik ini lebih sering diminta oleh masyarakat dibandingkan diminta memberikan ceram ah mengenai kegiatan belajar mengajar yang baik dan benar itu. Dari sejumlah guru sumedang yang di wawancarai guru yang sering menjalani peran yang sangat jauh dari profesinya. Adalah peran guru yang mengajar di SD dan SMP adapun para guru yang bertugas di SMA  dan para guru perempuan tidak terlalu banyak diminta oleh masyarakat untuk masuk pada kegiatan yang jauh dari jalur profesinya mereka.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/ keberadan guru di sumedang).

Berdasarkan pengakuan dari guru SMA 1 Sumedang adalaha ia jarang diminta oleh masyarakat untuk mengisi kegiatan kemasyarakatan. Mereka mengataka bahwa kegiatan mereka hanya terfokus pada kegiatan di sekolah. Tidak banyak diminta untuk melakukan tugas yang lain di masyarakat. Tetapi lain hal nya dengan yang di katan dengan guru SMP di sumegang. Pada masa Orde Baru ini mereka malah sering diminta untuk berperan sebagai corong pemerintah dalam menyampaikan program yang harus disampaikan kepada masyarakat seperti pemilihan partai. Menurut meruka tugas semacam itu tidak bisa dihindari dan tidak bisa di tolak. Karena pemerintah pada saat ini menuntut mereka harus berperan dalam kegiatan bermasyarakat. Pengakun yang sama dengan beberapa pengankuan dari guru sumedang.(Mahmud,2011.:236)
Melihat sari faktanya, apabila di kaitan dengan teori fungsi. Guru di sumedang memiliki fungsi manifest adalah mendidik murid di sekolah. Menanamkan keterampilan dan hal hal yang berkitan dengan pendidikan. Sedangkan fungsu laten adalah sebagai pemimpinan acara kemmasyarakatan.  Padahal tugas tersebut tidak menyangkut atribut dirinya sebagai pekerja pendidik. Dan apabila dilihat dari segi peran, seharunya secara profesional peran yang menembus batas keprofesian para guru sumedang tidak menggambarkan bahwa mereka diposisikan  semestinya oleh masyarakat. Sebab tugas utama mereka adalah  wilayah akademis, sebagaimana dirumuskan oleh para ahli pendidik dan seharunya menerima peran pada wilayah itu.
Apabila melihat peran tersebut, merupakan gambaran peran mereka. yang istimewa dan selalu mendominasi dibanding peran yang dilakukan oleh profesinya. Apabila dilihat dari segi peran, guru sumedang tidak menggabarkan bahwa mereka di posiskan semestinya. Mereka malah menduduki peran dominan yang dimainkan oleh para guru tersebut terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat. Terhadap guru sebagai orang yang mampu melakukan tugas yang diterimanya. Guru dianggap oleh masyarakat sumedang sebagai orang yang bisa di percaya dan bisa berhasil apabila di serahi suatu tugas atau kepercayaan. Berdasarkan hasil wawancara dari sejumlah responden yang ditanya alasan mereka lebih mempercayai guru untuk berperan dalam kegiatan masyarakat adalah guru lebih bisa di percayai di bandingkan dengan profesi lainnya.(wiratman,t.th.:30)
Seperti yang di kemukakan oleh beberapa masyarakat desa Gudang Tanjung sari dan beberapa masayarakat yang ada di sumedang. Menurut mereka guru bisa di percaya untuk lebih banyak berperan. Dalam kegiatan di masyarakat karena guru adalah orang yang berpendidikan. Mereka juga berangapan bahwa guru sebagai orang yang serbabisa bila di beri tugas tugas ke masyarakat. Maka dari itu mereka sangat yakit dengan guru. Di bandingkan dengan profesi yang lainnya. Mereka meyakini bahwa guru sebagai profesi yang serba bisa bila di beri tugas yang mereka berikan. Begitulah keyakinan masyarakat sumedang tentang profesi guru.(ahmad,1995.:30)
Kedudukan Sosial Guru di Masyarakat
Di kalangan masyarakat sumedang, profesi guru memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada profesi lainnya. Para guru di sumedang memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dengan profesi yang ada. Guru di posisikan oleh masyarakat sumedang dalam kedudukan yang cukup istimewa karena beberapa pertimbangan dari masyarakat berikut pertimbangan nya. a, guru dianggap sebagai wakil atau pengganti mereka dalam menunaikan keajiban. Yaitu memberikan pendidikan dan ajaran kepada anak anak mereka. b, sebagai penganut ajaran islam, masyarakat sumedang sangat menghormati guru. Salah satunya Q.S Al-Mujadilah ayat ini menjadikan acun masyarakat sumedang dalam memosisikan guru dalam kedudukan sosial yang istimewa sebagai orang yang memiliki pengetahuan.(http://jembatan4blogspot.co.id/2013/09/definisi-pemukiman.html).
 Sebagai rangsangan para guru mau menepati status langkah, tetapi sangat di perlukan oleh banyak orang dan setelah menempati status mereka bersedia menjalanka peran sesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat sumedang menilai bahwa guru merupakan kelopok profesi yang mengabdikan diri untuk menggantikan para orang tua dalam mendidik anak anak mereka. Dengan demikian mereka menganggap bahwa guru merupakan sosok yang membebaskan mereka dari tanggung jawab dan kewajiban. Pandangan ini membentuk sikap respek kepada para guru sehingga mereka mendudukkan guru pada posisi terhormat. Masyarakat sumedang memandang bahwa memberikan didikan dan pengajaran kepada anak anak mereka merupakan kewajiban agama. Sehingga terkait dengan pahala dan siksa, lebih lagi bila sudah berhubungan dengan ilmu agama. Mecul juga pandangan bahwa guru merupakan orang yang berjasa dalam membentuk kepribadian dan kepandaian anak mereka.
Para guru memiliki peran yang besar dalam mencetak kesuksesan kehidupan mereka. Pandangan ini dapat dikatakan sebagai alasan yang bersifat pragmatis, atau yang mengajarkan kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.Sebagaian masyarakat sumedang menghormati guru dan mendudukkan mereka secara istimewa karena alasan mereka sudah menjadi kebiasan yang turun menurun. Para orangtua mereka mengajarkan kepad mereka mengenai keharusan menghormati guru. Secara turun menurun masyarakat di sumedang memberikan penghormatan istimewa kepada gru mereka dan mengajarkan nya kepada keturunan mereka. Masyarakat sumedang memandang bahwa haram secara budaya menempatkan guru sebagai bekas. Pandangan ini dapat dikatakan sebagai alasan yang bersifat antropologis. Akan tetapi saat ini sebutan guru mengalami penurunan peningkatan nya, kecuali pada seburan bapak guru dan ibu guru.(Mahmud,2011.:242)
Tidak bisa dibuktikan secara pasti apakah simbol setatus tersebut merupakan akibat kondisi penurunan dan tidak membanggakan atau malah faktor lainnya. Pandangan hidup masyarakat sumedang tentang guru tercemin dalam tradisi lisan dan prilaku mereka. Ada beberapa ungkapan di kalangan mereka yang secara umum menggabarkan tradisi lisan orang, masyarakat sumedang dalam memahami guru. Tradisi lisan ini mengungpakan gambaran tentang masyarakat sumedang dalam memperlakukan guru secara sosial. Tradisi lisan ini merupakan landasan prilaku masyarakat sumedang dalam berinteriaksi dengan guru. Dalam memahami ajaran masyarakat sumedang terbagi dua yaitu masyarakat yang perlu diluruskan dan masyarakat yang memandang bahwa ajaran tersebut adalah benar. Dilihat dari segi fungsi guru dan orangtua, fungsi guru sebagai penyelamat perserta didik dari kebodohan yang bisa berakibat fatal dalam kehidupan, sedangkan orang tua sebagai penyelamat anaknya dari kerugian kerugian yang bersifat materiil dan fisik.(Koentjaraningrat,1990.:72)
Penutup
Faktanya masyarakat sumedang sangat percaya pada profesi guru di bandingkan dengan profesi lainya seperti, pedagang, petani, buruh, dan lainya. Karena menurut masyarakat sumedang guru itu adalah profesi yang serba bisa bila mereka di minta dalam sebuah kegiatan kegiatan ke masyarakatan seperti diminta untuk mepimpin pemilu yang di adakan oleh pemelintah. Mereka sangat meyakini bahwa guru adalah profesi yang mengapdi kan diri mereka untuk masyarakat. Pandangan ini juga tercemin dari tradisi lisan di sumedang dan perilaku mansyarakat sumedang yang telah di ajarkan secara turun menrun dari orang tua mereka. karena guru juga dianggap sebagai wakil atau pengganti mereka di dalam sekolah, menurut orang tua mereka telah menunaikan kewajiban mereka.
Pendidik juga di gambarkan sebagai pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana  dan dapat memdidik moroal anak ank mereka dengan baik maka dari itu mereka sangat mempercayai profsi guru. Masyarakat  sumedang  juga percara bahwa profsi guru di pilih secara istimewa oleh tuhan untuk mereka. Maka menurut mereka profesi guru adalah profesi yang sangat mulia dan sangat istimewa. Maka dari itu mereka punya pandangan bila kamu ingin sukses maka mulikan lah guru, taati perintah nya dan tiru lah prilaku baiknya karena guru akan meridhokan hidup mun kelak. Para orang tua juga mengajarkan mengenai keharusan untuk menghormati guru mereka. secar turun menurun masyarakat sumedang memberikan penghormatan yang istimewa kepada guru mereka dan mengajarkan nyan kepada keturunan mereka begitu lah ereat nya masyarakat sumedang dengan guru.


Daftar Pustaka
Ahmad, wiriaatama, sejarah leluhur sumedang.(sumedang: yayasan pengeran sumedang).
Ija suntan, Antropologi. (Jakarta: Erlangga, 2011).
Kamiludin,ilmu antropologi (Jakarta: Logos, 1997).
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 1990).
Mahmud, Antropologi Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia,2011).
http://jembatan4blogspot.co.id/2013/09/definisi-pemukiman.html