Pendahuluan
Pendidikan keterampilan praktis dirancang untuk memberikan
keterampilan dan kemampuan teknis tertentu yang di pandang penting dalam
melakukan kegiatan pekerjaan lain. Pendidikan di landaskan dalam bentuk
pengajaran guru, pada hakikatnya pendidikan merupakan satu satunya sistem
pendidikan pada masyarakat yang tertingal. Sekalipun masyarakat yang tingal di
perdesaan, masyarakat indrusi moderen. Pada umumnya pendidikan di rancang bukan
untuk digunakan dalam pengertian teknis, melainkan untuk mengetahui dan
mendiskusikan badan pengetahuan kelompok.
Pendidikan ini secara luas telah di jumpai dalam masyarakat tertingal
dan masyarakat indrustri, Pendidikan kelompok statusnya bersifat terlepas dari kegiatan
kegiatan yang peraktis. Ritualnya jarang mempunyai peringatan peringatan yang dramatis
di dalam suatu kelopok. (mahmud,2011:5-6)
Sementara itu pendidikan birokrasi bersifat umum di bebagai
peradaban besar khusu nya pada peradaban yang memiliki suatu kelompok yang
memiliki wewenang. Inti sitem pendidikan ini adalah sistem pengujian, semakin
tinggi suatu posisi semakin rumit. Rangkaian ujian yang harus di tempuh oleh
suatu kelopok tersebut. Biasa nya hanya sebagian kecil saja suatu kelopok
tersebut yang lulus dari suatu ujian yang di hadapi tersebut. Untuk itu peran
guru dan para calon guru harus paham dan di bekali dengan sosilogi pendidikan
serta terampil mengoperasionalkan nya dalam kegiatan kependidikan. Jika
penanganan masalah pendidikan hanya berlandas pada teori yaitu pemberian
penghargaan bagi yang patuh dan berhasil agar cenderung di ulang ulang, dan
memberi ganjaran bagi yang tidak patuh seperti hukuman hukuman. Tanpa
memperhatikan sosilogisnya, pendidikan kita akan cenderung kurang sukses.
(gunawan,2010:1)
Guru: Digugu Jeung Ditiru
Di kalangan masayarakat sumedang berkembang kepercayaan ajaran
tentang guru yaitu kata guru memiliki kepanjangan digugu jeung ditiru artinya
yaitu guru ditaati dan diikuti. Salah satu masyarakat sumedang mengatakan bahwa
digugu jeung ditiru ini memiliki makna bahwa perkataan seorang guru di
perhatikan dan perbuatanya selalu menjadi teladan. sesorang yang menyadang
profesi sebagai guru berati harus menjaga citra, wibawa, keteladan, jujur, dan
memiliki karakter yang kuata. Ia tidak hanya mengajar saja tapi ia juga
mendidik, membimbing, menuntun, dan membentuk karakter moral yang baik bagi
siswa siswinya ataupun masyarakat itu sendiri. Makna guru digugu jeung ditiru
akan lebih kuat lagi bagi guru guru yang selama ini mengajarkan ilmu ilmu
agama. Guru agama di kalangan masyarakat, memiliki ruang gerak yang sangat
terbatas, mereka tidak memliliki ruang untuk keliru dan salah seolah olah
mereka adalah bangunan moral yang tidak boleh patah sdikitpun apalagi runtuh.
Guru agama di sumedang tidak bisa di toleransi oleh masyarakat, apabila ada
seorang guru agama di sumedang melakukan perbuatan asusilla maka akan dihukum
secara sosial oleh hampir semua masyarakat di sumedang(Suntana, 2011.:231).
Menurut masyarakat sumedang hukuman yang tidak di kompromi dari
masyarakat terhadap keliruan moral seorang guru agama sebanding dengan
penghargaan sosial yang merka dapatkandari masyarakat sumedang. Guru agama di
sumedang mendapat penghargaan sosial yang luar bias, jadi seloga “digugu jeung
dituru” merupakan presentasi yan baik dari komunikasi perlilaku guru dengan
muridnya dan masyarakat setiap harinya. Dalam peroses pendidikan, guru tidak
hanya menjalankan fungsi sebagai pemindah pengetahuan dari guru ke murid tetapi
juga berfungsi sebagai orang yangn menamkan nilai. Membangun karakter, serta
mengembangkan poteensi beesar yang dimiliki siapapun yang bersentuhan dengan
seorang guru dengannya secara berkelanjutan. Guru adalah ujung tombak dalam
melaksanakan misi pendidikan di lapangan serta merupakan faktor yang sangat
penting dalam mewujudkan sistem moral yang baik dan bermutu, nasib moral
masyarakat, rendah dan tingginya bergantung di tanggan guru. Adanya perubahan
masyarakat sekarang yang sangat maju sering tidak bisa diimbangin oleh guru
shingga guru seolah olah ikut dalam perubahan tersebut. Guru bukan lagi tempat
pengubah masyarakat yang berdiri di barisan depan dalam nama perubahan
masyarakatseperti dulu, melaikan sebagai pengikut perubahan masyarakat yang
bergerak jauh ke depan(Suntana,2011:221)
Masalah ini lah yang sering menyulitkan untuk menegakkan profesi
guru. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah terdahulu dan masyarakat sering
lalai terhadap kepentingan pendidikan terutama terhadap guru. Sosok guru di
tengah perubahn sosial harus mampu mengalami perubahan diri menjadi guru
sejati. Dalam menimbangkan sosok manusia guru yang sejati di perubahan
masyarakat perlu di perhatikan beberapa hal. a, guru harus meninggalkan
kepentingan kepentingan pribadi, kelopok dan orgaisasi untuk mengabdi dalm
kanca memperjuangkan kepentingsn sebuah negara, kebangsaaan dan kemanusiaan secara
luas. Mereka harus membuat batasan batasan ikatan kelompok membuat mereka tidak
dapat lagi diklaim sepenuhnya sebagai bagian atau milik dari organisasi tertentu,
mereka adalah milik bersama atau milik semua manusia. b, meskipun ada
kalangan sangat sulit untuk didirijj
meskipun ada kalangan sangat sulit
untuk dihindarkan, perjuangan guru harus
dilandasi oleh semangat anti-kekerasan karena mereka amat mencintai perdamaian.
c, guru secara kaonsisten melandaskan sikap hidup dan perbuatannya pada
keyakinan nurani bukan hanya pada pengetahuan maupun kerja kerja keras.(Mahmud,2011.:232)
Oleh karena itu mereka
demonstrasikan moral secara amat meyakinkan, meskipun tak selalu sempurna dan
rela mengorbankan dirinya untuk mepertahankan hal tersebut. d, karena sikap
hidup dan perbuatan mereka selalu diarahkan dari dalam tiga hal dasar yang selalu menjadi
fokus perhatikan. Guru adalah kebeneran, keadilan, dan rasa cinta dalam arti
luas kepada sesama terutama anak didiknya. e, pusat perhatian guru tidak
hanya menciptakan suatu negara kebangsaan, tetapi lebih dari itu menciptakan komunitas
masyarakat manusia yang memperlakukan dan diperlakukan secara manusiawi. f, dalam
setiap perjuangan, guru sejati tidak menggap kedudukan, harta,kekuasaan sebagai
tujuan akhir, tetapi lebih menganggap semua itu sebagi saran untuk maksud yang
lebih mulia dan luhur. g, perjuangan guru secara langsung ataupun tidak
langsung, selalu melahirkan dan menumbuhkan pengharapan masyarakat tentang
kemungkinan terciptanya masyarakat manusia yang lebih manisiawi pada masa
depan. (Mahmud,2011.:233)
Takzim Kepada Guru
Takzim kepada guru atau memulikan guru adalah istilah yang diambil
dari sistem pendidikan islam, untuk menyebut sebuah penghormatan dari murid
kepada guru. Arti sebenernya takzim
adalah mengagungkan tanpa batas yang pada pengertian awal istilah ini
digunakan untuk mengangungkan tuhan. Sebagian masyarakat yang menganut dan
mendapatkan ajaran islam. Pemahaman masyarakat sumedang tentang guru didasarkan
pula ajaran agama islam orang yang mempunyai pengetahuan dalam islam
mendapatkan tempat yang mulia sehingga harus dimuliakan. Ini dapat ditemukan
dalam al-quran surat al-mujadilah ayat11 dimana allah sangat meninggalkan orang
yang beriman dan pengetahuan. Natan menbuat analisis implikasi kependidikan
yang terkandung dalam surat al-mujadilah ayat 11.(Kamiludin,t.th:26)
a, tujuan akhir pendidikan adalah menjadi seorang muslim yang
terbina seluruh potesi dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai
kalifah dalam rangka beribadah kepada allah. b,dalam kegiatan pengajaran, guru
mau tidak mau harus berbagi informasi, teor, rumus, konsep konsep yang
diperlukan mewujudkan tujuan pendidikan. c, melalui pendidikan dihrapkan
pula lahir manusia yang kreatif, sanggup berfikir sendiri, sanggup mengadakan
penelitian dan penemuan. e, pelaksaan pendidikan harus mempertimbangkan
prinsip pengembangan pengetahuan sesuai dengan ajaran al-quran, akan menjauhkan
manusia dari sikap takabur, sekuler dan ateistik. f, pendidikan harus mampu
mendorong anak didik agar mencintai pengetahuan, yang terlihat dari terciptanya
semangat dan etos keilmuan yang tinggi, memelihara, menambah, dan mengembangkan
pengetahuan yang dimiliki. Tafsir lebih jauh menjelaskan umat islam amat
menghargai pendidk, disebabkan oleh pandangan bahwa pengetahuan itu semuanya
bersumber pada tuhan. Ilmu datang dari uhan, guru pertama adalah tuhan.
Pandangan yang menembus langit melahirkan sikap kepada orang islam bahwa ilmu
itu tidak terpisah dari tuhan, ilmu tidak terpisah dari guru kedudukan guru
amat tinggi dalam islam.(Kamiludin,t.th:29)
Isa menggabarkan pendidik adalah sebagai pemimpin sejati,
pembimbing dan pengarah yang bijak sana pencetak para tokoh dan pemimpin umat.
Karena itu menurut isa, mendidik merupakan manusia pilihan, yang siao memikul
amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidik peserta didiknya. Al-Hasyim
mengibaratkan bahwa pendidik merupakan faktor yang asasi dalam hidup manusia
dan ia menempati posisi yang kuat dengan pengaruhnya dalam membentuk pribadi
individu. Pengaruh itu berkelanjutan sepanjang hidupnya. Keberandaan pendidik
sebagai yang asasi dalam hidup manusia karena ia dapat membatu peserta didik
atas perkembangan dari makhuluk hidup. Yang berjisim menuju manusia yang memiliki
kepribadian yang akan membantu pertumbuhan yang sempurna sebagaimana manusia. Melihat
begitu tinggi nya yang menempatkan islam.(Mahmud,2011.:234)
Setiap elemen yang mempergunakan jasa pendidik juga ikut memuliakan
sehingga pendidik dengan senang dan menyenangkan dapat meleksanakan proses
pembelajaran. Pembelajaran menyenangkan dikembangkan dalam bentuk pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif,
dan menyenangkan. Menyenangkannya dilihat dalam hal pembelajaran dan hubungan
dengan sisiwa serta dengan rekan kerja dalam wadah majelis guru. Salah satu
sumber ajaran tenteng penghormatan masyarakat sumedang kepada. Guru adalah
sebuah buku berbahasa arab yang di terjemahkan ke dalam bahasa sunda, dalam
buku tersebut terdapat ajaran ajaran ytentang pendidik. Dan berkembang lah di
masyarakat sumedang tentang istilah kawalat ti guru. Istilah ini
merupakan keyakinan masyarakat sumedang bahwa do’a dan ri’do guru berpengaruh
terhadap kemulusan perjalanan hidup sesorang.(Mahmud,2011.:235)
Keberadaan Guru di Masyarakat Sumedang
Bila ditimbang dari sisi profesinalisme, secara fatual peran guru
di sumedang memiliki perbedaan yang sangat jauh dari makna profesinal, Peran
mereka sering melewati batasannya peran yang seharunya. Guru yang seharunya
berperan lebih banyak dan menojol dalam akademisnya malah justru lebih banyak
berperna dalam bentuk kegiatan yang tidak ada kaiannya dengan profesinya
sebagai guru atau tenanga pendidik. Salah seolah guru SD di kecamatan
Pamulihan, mengaku bahwa dirinya sering diminta oleh masyarakat uutuk
menyerahkan dan menerima pengantin, bertugas menjadi guru lamaran bagi
masyarakat yang akan melakasanakan tunangan. Yugas lain yang termaksud rutin
adalah mendamaikan masyarakat yang bentengkar, padahal tugas tersebut harusnya
ditangani oleh kepala desa atau perangakat desa setempat. Berdasarkan
pengakunnya peran-peran non-akademik ini lebih sering diminta oleh masyarakat
dibandingkan diminta memberikan ceram ah mengenai kegiatan belajar mengajar
yang baik dan benar itu. Dari sejumlah guru sumedang yang di wawancarai guru
yang sering menjalani peran yang sangat jauh dari profesinya. Adalah peran guru
yang mengajar di SD dan SMP adapun para guru yang bertugas di SMA dan para guru perempuan tidak terlalu banyak
diminta oleh masyarakat untuk masuk pada kegiatan yang jauh dari jalur
profesinya mereka.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/ keberadan guru di
sumedang).
Berdasarkan pengakuan dari guru SMA 1 Sumedang adalaha ia jarang
diminta oleh masyarakat untuk mengisi kegiatan kemasyarakatan. Mereka mengataka
bahwa kegiatan mereka hanya terfokus pada kegiatan di sekolah. Tidak banyak
diminta untuk melakukan tugas yang lain di masyarakat. Tetapi lain hal nya
dengan yang di katan dengan guru SMP di sumegang. Pada masa Orde Baru ini
mereka malah sering diminta untuk berperan sebagai corong pemerintah dalam
menyampaikan program yang harus disampaikan kepada masyarakat seperti pemilihan
partai. Menurut meruka tugas semacam itu tidak bisa dihindari dan tidak bisa di
tolak. Karena pemerintah pada saat ini menuntut mereka harus berperan dalam
kegiatan bermasyarakat. Pengakun yang sama dengan beberapa pengankuan dari guru
sumedang.(Mahmud,2011.:236)
Melihat sari faktanya, apabila di kaitan dengan teori fungsi. Guru
di sumedang memiliki fungsi manifest adalah mendidik murid di sekolah.
Menanamkan keterampilan dan hal hal yang berkitan dengan pendidikan. Sedangkan
fungsu laten adalah sebagai pemimpinan acara kemmasyarakatan. Padahal tugas tersebut tidak menyangkut
atribut dirinya sebagai pekerja pendidik. Dan apabila dilihat dari segi peran,
seharunya secara profesional peran yang menembus batas keprofesian para guru
sumedang tidak menggambarkan bahwa mereka diposisikan semestinya oleh masyarakat. Sebab tugas utama
mereka adalah wilayah akademis,
sebagaimana dirumuskan oleh para ahli pendidik dan seharunya menerima peran
pada wilayah itu.
Apabila melihat peran tersebut, merupakan gambaran peran mereka.
yang istimewa dan selalu mendominasi dibanding peran yang dilakukan oleh
profesinya. Apabila dilihat dari segi peran, guru sumedang tidak menggabarkan
bahwa mereka di posiskan semestinya. Mereka malah menduduki peran dominan yang
dimainkan oleh para guru tersebut terkait dengan tingkat kepercayaan masyarakat.
Terhadap guru sebagai orang yang mampu melakukan tugas yang diterimanya. Guru
dianggap oleh masyarakat sumedang sebagai orang yang bisa di percaya dan bisa
berhasil apabila di serahi suatu tugas atau kepercayaan. Berdasarkan hasil
wawancara dari sejumlah responden yang ditanya alasan mereka lebih mempercayai
guru untuk berperan dalam kegiatan masyarakat adalah guru lebih bisa di
percayai di bandingkan dengan profesi lainnya.(wiratman,t.th.:30)
Seperti yang di kemukakan oleh beberapa masyarakat desa Gudang
Tanjung sari dan beberapa masayarakat yang ada di sumedang. Menurut mereka guru
bisa di percaya untuk lebih banyak berperan. Dalam kegiatan di masyarakat
karena guru adalah orang yang berpendidikan. Mereka juga berangapan bahwa guru
sebagai orang yang serbabisa bila di beri tugas tugas ke masyarakat. Maka dari
itu mereka sangat yakit dengan guru. Di bandingkan dengan profesi yang lainnya.
Mereka meyakini bahwa guru sebagai profesi yang serba bisa bila di beri tugas
yang mereka berikan. Begitulah keyakinan masyarakat sumedang tentang profesi
guru.(ahmad,1995.:30)
Kedudukan Sosial Guru di Masyarakat
Di kalangan masyarakat sumedang, profesi guru memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dari pada profesi lainnya. Para guru di sumedang memiliki hak
dan kewajiban yang berbeda dengan profesi yang ada. Guru di posisikan oleh
masyarakat sumedang dalam kedudukan yang cukup istimewa karena beberapa
pertimbangan dari masyarakat berikut pertimbangan nya. a, guru dianggap sebagai
wakil atau pengganti mereka dalam menunaikan keajiban. Yaitu memberikan
pendidikan dan ajaran kepada anak anak mereka. b, sebagai penganut
ajaran islam, masyarakat sumedang sangat menghormati guru. Salah satunya Q.S
Al-Mujadilah ayat ini menjadikan acun masyarakat sumedang dalam memosisikan
guru dalam kedudukan sosial yang istimewa sebagai orang yang memiliki
pengetahuan.(http://jembatan4blogspot.co.id/2013/09/definisi-pemukiman.html).
Sebagai rangsangan para guru mau menepati status langkah, tetapi
sangat di perlukan oleh banyak orang dan setelah menempati status mereka
bersedia menjalanka peran sesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat
sumedang menilai bahwa guru merupakan kelopok profesi yang mengabdikan diri
untuk menggantikan para orang tua dalam mendidik anak anak mereka. Dengan
demikian mereka menganggap bahwa guru merupakan sosok yang membebaskan mereka
dari tanggung jawab dan kewajiban. Pandangan ini membentuk sikap respek kepada
para guru sehingga mereka mendudukkan guru pada posisi terhormat. Masyarakat
sumedang memandang bahwa memberikan didikan dan pengajaran kepada anak anak mereka
merupakan kewajiban agama. Sehingga terkait dengan pahala dan siksa, lebih lagi
bila sudah berhubungan dengan ilmu agama. Mecul juga pandangan bahwa guru
merupakan orang yang berjasa dalam membentuk kepribadian dan kepandaian anak
mereka.
Para guru memiliki peran yang besar dalam mencetak kesuksesan
kehidupan mereka. Pandangan ini dapat dikatakan sebagai alasan yang bersifat
pragmatis, atau yang mengajarkan kepada akibat-akibat atau hasilnya yang
bermanfaat secara praktis.Sebagaian masyarakat sumedang menghormati guru dan
mendudukkan mereka secara istimewa karena alasan mereka sudah menjadi kebiasan
yang turun menurun. Para orangtua mereka mengajarkan kepad mereka mengenai
keharusan menghormati guru. Secara turun menurun masyarakat di sumedang
memberikan penghormatan istimewa kepada gru mereka dan mengajarkan nya kepada
keturunan mereka. Masyarakat sumedang memandang bahwa haram secara budaya
menempatkan guru sebagai bekas. Pandangan ini dapat dikatakan sebagai alasan
yang bersifat antropologis. Akan tetapi saat ini sebutan guru mengalami
penurunan peningkatan nya, kecuali pada seburan bapak guru dan ibu guru.(Mahmud,2011.:242)
Tidak bisa dibuktikan secara pasti apakah simbol setatus tersebut
merupakan akibat kondisi penurunan dan tidak membanggakan atau malah faktor
lainnya. Pandangan hidup masyarakat sumedang tentang guru tercemin dalam
tradisi lisan dan prilaku mereka. Ada beberapa ungkapan di kalangan mereka yang
secara umum menggabarkan tradisi lisan orang, masyarakat sumedang dalam
memahami guru. Tradisi lisan ini mengungpakan gambaran tentang masyarakat sumedang
dalam memperlakukan guru secara sosial. Tradisi lisan ini merupakan landasan
prilaku masyarakat sumedang dalam berinteriaksi dengan guru. Dalam memahami
ajaran masyarakat sumedang terbagi dua yaitu masyarakat yang perlu diluruskan
dan masyarakat yang memandang bahwa ajaran tersebut adalah benar. Dilihat dari
segi fungsi guru dan orangtua, fungsi guru sebagai penyelamat perserta didik
dari kebodohan yang bisa berakibat fatal dalam kehidupan, sedangkan orang tua
sebagai penyelamat anaknya dari kerugian kerugian yang bersifat materiil dan
fisik.(Koentjaraningrat,1990.:72)
Penutup
Faktanya masyarakat sumedang sangat percaya pada profesi guru di
bandingkan dengan profesi lainya seperti, pedagang, petani, buruh, dan lainya. Karena
menurut masyarakat sumedang guru itu adalah profesi yang serba bisa bila mereka
di minta dalam sebuah kegiatan kegiatan ke masyarakatan seperti diminta untuk
mepimpin pemilu yang di adakan oleh pemelintah. Mereka sangat meyakini bahwa
guru adalah profesi yang mengapdi kan diri mereka untuk masyarakat. Pandangan
ini juga tercemin dari tradisi lisan di sumedang dan perilaku mansyarakat
sumedang yang telah di ajarkan secara turun menrun dari orang tua mereka.
karena guru juga dianggap sebagai wakil atau pengganti mereka di dalam sekolah,
menurut orang tua mereka telah menunaikan kewajiban mereka.
Pendidik juga di gambarkan sebagai pemimpin sejati, pembimbing dan
pengarah yang bijaksana dan dapat
memdidik moroal anak ank mereka dengan baik maka dari itu mereka sangat
mempercayai profsi guru. Masyarakat sumedang
juga percara bahwa profsi guru di pilih
secara istimewa oleh tuhan untuk mereka. Maka menurut mereka profesi guru
adalah profesi yang sangat mulia dan sangat istimewa. Maka dari itu mereka
punya pandangan bila kamu ingin sukses maka mulikan lah guru, taati perintah
nya dan tiru lah prilaku baiknya karena guru akan meridhokan hidup mun kelak.
Para orang tua juga mengajarkan mengenai keharusan untuk menghormati guru
mereka. secar turun menurun masyarakat sumedang memberikan penghormatan yang
istimewa kepada guru mereka dan mengajarkan nyan kepada keturunan mereka begitu
lah ereat nya masyarakat sumedang dengan guru.
Daftar Pustaka
Ahmad, wiriaatama, sejarah leluhur sumedang.(sumedang:
yayasan pengeran sumedang).
Ija suntan, Antropologi. (Jakarta: Erlangga, 2011).
Kamiludin,ilmu antropologi (Jakarta:
Logos, 1997).
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu
Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta, 1990).
Mahmud, Antropologi Pendidikan.
(Bandung: Pustaka Setia,2011).
http://jembatan4blogspot.co.id/2013/09/definisi-pemukiman.html